Friday 2 April 2010

Kenapa Pacitan?





Pacitan adalah kota dengan banyak panorama indah seperti gua dan pantai. Saya baru pertamakali menjajaki kota tersebut. Dan saya sangat terkagum-kagum dengan keindahan pantainya.terutama Pantai Srau dan Gua Gong. Sayangnya, objek wisata tersebut kurang diperhatikan pemerintah setempat. Fasilitas jalan, penunjuk jalan, dan fasilitas umum lainnya menjadikan pantai ini sangat jarang dikunjungi warga. Padahal keindahan pantai tersebut tidak kalah dengan Bali yang belum pernah saya kunjungi. Pantai yang lainnya pun tidak kalah indah. Wisatawan local tak jarang terlihat menjajal papan seluncurnya disana.

Pacitan dengan 1001 kota guanya sekarang diancam dengan isu moral. Ini masalah tentang para calon pemimpin disana. Let I mention it, they are Cici Paramida, Ayu Azhari, Sarah Azhari, dan Julia Perez. Wow? Ya, ini fakta. Apa memang ini seharusnya terjadi? Saya pernah mendengar bahwa pemimpin itu cerminan dari masyarakatnya. Leader is a gift from God. Dan ayahku pernah bilang pemimpin adalah seorang yang dipilih oleh rakyatnya, bukan seseorang yang mengajukan dirinya menjadi seorang pemimpin.

Sekarang Pacitan dihantui oleh masalah yang tak terperika, bagiku. Mereka, calon pemimpin disitu yang berkata siap tidak pernah berkaca pada dirinya sendiri. Sekarang apa yang ada di bayangan kita saat mendengar nama-nama tersebut. Ya, anda tahu sendiri. Mungkin Cici Paramida yang paling bisa dikatakan tidak terlalu hancur moralnya, bahkan mungkin terlihat sopan. Tapi apa yang tiga lainnya terlihat sopan? Tidak. Foto-foto mereka dipajang di sebagian majalah pria dewasa dengan baju yang sangat minim. Dan Negara yang menjajah kita senang dengan keberadaan mereka, karena mereka senang jika moral kita hancur.

Yang lebih parah rakyat kecil di Pacitan beranggapan bahwa kalau mereka dapat menjadi pemimpin mereka, kehidupan strata ekonomi bawah akan terangkat. Pikirkan, mereka tidak lebih dari sebongkah daging yang mereka banggakan dengan mengabadikannya dan memamerkan kemolekannya. Itu bukan cara bersyukur, sama sekali bukan. Lagipula, mereka tanpa atau dengan sadar merusak generasi penerus bangsa ini yang ada di tangan pemuda. Lalu apa hakekatnya mereka dijadikan pemimpin?

Ternyata memang mereka yang mengajukan diri supaya menjadi pemimpin. Huh, politik. Lagi-lagi politik. Tak pernah ada habisnya. Pemimpin seharunya berada dalam subyek yang pasif, dalam arti mereka diajukan masyarakatnya untuk menjadikan seseorang itu menjadi pemimpin mereka. Kedua, ini bukan masalah umum, tapi saya memasukkan SARA disini. Pemimpin wanita dipilih jika memang tidak ada lagi pria yang sanggup. Apa kita kehabisan pria yang cerdas dan tangguh? Tidak juga bukan.

Salah satu pemimpin mekah tempo dulu adalah bekas budak. Ali bin Abi Thalib pernah sampai hampir marah waktu mendengarnya. Tetapi dia tertunduk dan menyesal ketika dia tahu bahwa bekas budak tersebut didapati yang paling pandai mengaji dan ilmu agamanya. Jadi, adakah kebaikan yang bisa mereka – para calon pemimpin pacitan – yang dapat dibanggakan?

Leave comment if you concern to this.

No comments:

Post a Comment