Saturday 30 June 2012

Habitat Monyet Daun (Rekrekan) di Kawasan Gunung Slamet Kian Terancam

Beralihnya ahli fungsi lahan dari hutan menjadi non hutan menjadi ancaman bagi habitat monyet daun.

Monyet daun perak, spesies ini ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Populasinya yang makin menipis menjadikannya masuk dalam daftar endangered IUCN (Thinkstockphoto).


Rekrekan atau monyet daun (Presbytis fredericae) salah satu primata endemik pemakan daun di kawasan Gunung Slamet habitatnya kian terancam. Terbatasnya luas hutan pegunungan, perkembangan pembangunan yang meningkat di bidang pemukiman, perkebunan, dan pertanian di Pulau Jawa menyebabkan terancamnya habitat monyet daun.

Di pulau Jawa, tempat hidup primata ini kian hanya terbatas pada daerah hutan yang terisolasi seperti Gunung Slamet, Gunung Cupu - Simembut, Gunung Dieng dan Gunung Lawu. Berdasarkan penelitian Abdi Fitri, peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, habitat yang digunakan oleh rekrekan di Gunung Slamet adalah seluas 33.230 hektare.

Di Gunung Slamet, rekrekan paling banyak ditemukan di daerah tingkat lereng yang curam. Paling banyak ditemukan pada lereng dengan sudut kemiringan 35-40 derajat sebanyak 28 kelompok dan 131 individu. Sedangkan pada lereng 25-35 derajat ditemukan sembilankelompok dan 43 individu.

Menurut Abdi, kelerengan dapat membantu rekrekan terhindar dari predator dan dapat memiliki pandangan yang lebih luas. Bahkan rekrekan banyak ditemukan pada ketinggian habitat di atas 600 meter dari permukaan laut. “Ketinggian 1.100-1.300 mdpl merupakan ketinggian dimana rekrekan paling banyak ditemukan, karena pada ketinggian itu ditemukan pakan yang bervariasi,” kata Abdi Fitria, dalam ujian promosi doktor di Fakultas Kehutanan UGM, Sabtu (23/6).

Ia melanjutkan, kondisi hutan di area Gunung Slamet yang telah mengalami alih fungsi dari lahan dari hutan menjadi non hutan, serta keberadaan hutan primer dengan kanopi dan tutupan yang luas sangat mempengaruhi keberadaan dan penyebaran primata ini. “Ditemukan delapan kelompok dengan 68 individu di daerah hutan primer,” katanya.

Hutan primer di Gunung Slamet menjadi penting bagi rekrekan karena ketersediaan pakan alami yang spesifik. Pakan ini memungkinkan rekrekan untuk dapat berkembang biak dan memperbanyak keturunan. “Semakin luasnya pembukaan lahan, akan semakin mendesak habitat rekrekan dan akan mengarah pada penurunan jumlah populasi rekrekan,” ujarnya.

Dari hasil penelitian Abdi Fitri, rekrekan merupakan golongan primata yang memiliki sistem sosial dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Tidak pernah ditemukan adanya sistem berpindah antar anggota kelompok rekrekan, khususnya individu betina.

Bahkan yang lebih unik lagi, individu jantan dan betina yang telah dewasa akan meninggalkan kelompoknya dengan perlahan dan membentuk kelompok sendiri. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kompetisi makan antar pejantan dan sebagai upaya memperoleh kehidupan berupa sumber pakan yang lebih berkualitas.

Abdi mengusulkan, perlu adanya peningkatan sosial ekonomi dan partisipasi masyarakat dalam usaha perlindungan dan pelestarian hutan melalui program ekowisata dan eduwisata. Namun yang tidak kalah penting, ujar Abdi, perlu dilakukan peningkatan status kawasan dan kegiatan pembinaan habitat sehingga ekosistem Gunung Slamet tetap lestari.
(Olivia Lewi Pramesti)

Original site here

Thursday 28 June 2012

ECO-RIDING - Berkendara Dengan Bijak Mengurangi Pencemaran

Come on sob, sekarang jamannya kita mengendalikan bumi untuk kehidupan yang lebih baik tentunya. Liat deh gimana cepatnya level air laut meningkat gara-gara meningkatnya level CO2 yang dikeluarin dari isi bumi dalam bentuk minyak bumi buat energi, terutama kendaraan. Ga percaya? Biar deh liat buktinya 10 - 15 tahunan kalo siang gag tambah panas, malem gag  tambah dingin, bencana gag tambah banyak, semuanya karena ulah kita. Yah, memang kesadaran berasal dari dalam diri, jadi ane berdoa aja buat sob-sob yang mau baca tulisan ini.

Ini tulisan tentang orang yang cinta bumi dan cinta ngoprek motor, hehe. Tapi enggak lagi, motor dibiarin standar aja deh biar gag boros dan mencemari lingkungan. Bener lho, kalo motor yang mesinnya diapa-apain atau kelewatan ga diapa-apain (ga pernah diservis) bikin pencemaran tambah parah. Prinsipnya pencemaran nih ya, "PENCEMARAN ADALAH PASTI ADA DI SETIAP PERUBAHAN ENERGI" karena perubahan energi tidak dapat dilakukan perfect 100% sempurna, pasti ada sisanya, nah itu pencemar.

Fokus di motor deh sekarang. Ga motor doank, mobil dan pokoknya kendaraan bermotor deh. Gini sob, kebanyakan motor dan mobil itu  mengunakan bahan bakar minyak yang diambil dari dalam bumi to, apa minyak bumi gag terbatas? Trus pemakaiannya gimana, gag terbatas to? Nah, siap-siap deh 25-an (amatteur judgement, hehe) tahun lagi bakal abis nih minyak, udah growong smua kerak bumi ini. Selain itu "global warming" yang bosennya minta ampun didenger sama kita, ya gag? Walaupun kita bosen mendengarnya tapi sayangnya itu bener terjadi, didukung oleh SEMUA, inget, SEMUA percobaan ilmiah yang ingin membuktikan glogal warming dari bagian manapun. There we are, make our own apocalypse. Saatnya menyiasatinya....

Pertama dari kendaraan sob-sob dulu,
  1. PILIH-PILIH MOTOR. Sob punya motor kudu standar kecanggihan jaman sekarang. Kalo mau beli kendaraan harus bener milih-milih. Harus yang 4 tak. Sumpah 2 tak tuh dah gag jaman banget, brisik, asep, pake oli samping segala, hadeuh, repot deh. Usahain speknya terbaru, injeksi, mentok-mentoknya karbu vacuum deh. Dan yang paling penting hindari mesin diesel, asepnya gag nahan booo. Pilih kapasitas motornya juga jangan gede-gede, tambah boros, sumpah.
  2. RAWAT MOTOR BAIK-BAIK. Nah ini, enak kan kalo motor dalam keadaan manteb, performanya tinggi. Makannya jangan males nyervis motot, minimal 3-4 bulan ditune-up broooh. Kalo gag gitu, keawetan motor sob-sob juga bakal menurun, banyak ganti ini itu deh mestinya.
  3. JANGAN GANTI KNALPOT ASLI PLEASE. Kenapa sih sampe segitunya? Lha ini, gag ngerti sih. Di dalem knalpot asli tuh ada katalis, diperuntukkan untuk mengurangi polutan berbahaya. CO adalah gas tidak berbau dan berwarna yang sangat beracun, dan reaksinya akut, hampir sama kaya SARS. Beberapa menit ngisep CO bakal pingsan, itu masih sukur-sukur sob. Nah, fungsi katalis ngurangin bahan berbahaya kayagitu dengan cara mempercepat reaksi dengan gas lain sehingga yang harusnya CO jadi CO2 karena bereaksi dengan O2. Selanjutnya tanya anak kimia, ok.
Kedua dari sob-sobnya sendiri.

  1. MENGURANGI KECEPATAN SEBELUM LAMPU MERAH. Memperlambat kendaraan jauh sebelum lampu merah akan menghemat bahan bakar dan kampas rem daripada mengerem mendadak.
  2. HINDARI BERKECEPATAN DAN BERAKSELERASI TINGGI DI JALANAN. Menginjak gas secara spontan akan berakibat campuran bahan bakar yang masuk ke dapur pacu mesin kendaraan lebih kaya oleh bensin dibanding udara, hal ini menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna. Kecepatan ekonomis kendaraan berkisar antara 40 – 60 km/jam.
  3.  HINDARI JALANAN MACET. Berkendara di bawah kecepatan ekonomis (40 – 60 km/jam) sama borosnya dengan berkendara diatas kecepatan tersebut, karna lebih lama sampai pada tujuan. Terlalu banyak mengegas dan mengerem pun membuat boros konsumsi BBM.
  4. MEMATIKAN MESIN SAAT LAMPU MERAH. Sangat bijak orang yang mematikan mesin saat lampu merah, pastikan kendaraan mudah dihidupkan dengan starter atau kick starter agar nyaman.
  5.  GUNAKAN KENDARAAN HANYA UNTUK JARAK YANG JAUH. Berjalan kaki atau menggunakan sepeda lebih baik untuk menempuh jarak kurang dari 4 km. Se

Selebihnya sob sendiri yang improve ya, dan yang pasti, SAFETY FIRST. Keluarga anda menunggu dirumah, haha.

Tuesday 26 June 2012

DUKUNGAN GREENPEACE UNTUK HARIMAU SUMATRA

Kita harus beraksi untuk menghentikan kerusakan hutan yang dilakukan oleh KFC.  Dan harimau-harimau malang pun beraksi untuk  mendapat perhatian Sang Kolonel. Meraka mengaum di rumah Sang Kolonel.

Itulah yang Greenpeace lakukan, Aktivis Greenpeace dengan mengenakan kostum harimau sumatera mengunjungi outlet KFC di empat kota, Semarang, Pekanbaru, Bandung dan Jakarta.

Greenpeace mengajak dan melibatkan para pelanggan agar mengatakan kepada KFC untuk berhenti menggunakan kemasan yang berasal dari perusakan hutan alam. Dalam aksi kali ini, Harimau Sumatera dan para aktivis juga menyerahkan laporan terbaru berjudul ‘Bagaimana KFC Terlibat Perusakan Hutan’ kepada store manager setempat.

Sebelumnya, sejumlah aktivis Greenpeace melakukan aksi dengan meletakkan kemasan wadah raksasa Kentucky Fried Chicken (KFC) yang bertuliskan “KFC Terlibat Perusakan Hutan” tepat di tengah kawasan bergambut yang baru saja dihancurkan di hutan gambut Senepis.


Salam hangat,