Thursday, 26 July 2012

THE LOOSING "REBON" (KRITIK CIREBON)

teringat sewaktu kecil memancing bersama Ayahku dan terkadang sekeluarga ke pelabuhan-pelabuhan di Cirebon dari ujung satu sampe ujung lainnya, bahkan ke Indramayu, kolam-kolam air tawar, dimana-mana deh pokoknya. Bekalnya, ya peralatan memancing dan spesial kalo memancing ke pelabuhan bawa biasa membawa serok atau saringan berdiameter besar dengan rajutan benang yang kecil untuk menyerok rebon. Yah, itu opsi terakhir jika hanya mendapat sedikit ikan pancingan. Ada yang tau rebon? Rebon adalah udang dengan ukuran kecil yang biasa berenang bergerombol di permukaan air laut tentunya.

Laut, lebih tepatnya pantai di Cirebon kaya dengan binatang lezat itu. Terasi yang bahan dasarnya rebon pun identik dengan kota yang satu ini karena memang sebagian nelayan di pesisir Cirebon banyak yang membuat terasi walau tanpa merek. Lantas kau pikir darimana nama kota Ci-Rebon itu diberi?Bukan hanya rebon, udang, atau ikan saja yang diproduksi, bahkan sampai kerang hijau, kerang putih, dan kerang berbentuk rokok saja mudah didapatkan disini. Dengan catatan itu adalah cerita waktu kecilku. Sekarang? Jangan harap kalian membawa serok ke pelabuhan berharap mendapat udang rebon yang banyak!

Kekayaan biota laut kota ini sudah semakin pudar. Semakin merana saja nasib nelayan pesisir Cirebon ini. Adakah petinggi-petinggi kota ini bertanya atau sedikit saja "tahu" dengan keadaan ini? Huh, mereka menyibukkan drinya dengan mencari keuntungan yang besar saja dari jabatan sedetik mereka. Sebagai mahasiswa kehutanan saya sangat prihatin dengan keadaan ini, karena akar dari permasalahan ini (tentunya hipotesis) adalah hilangnya sabuk hijau pantai di pesisir pantai. Yups, Mangrove yang menyangga eksistem perairan di kota ini sudah semakin menghilang.

Bukan sebuah penelitian atau sebuah observasi, hanya kenangan-kenangan tempat bermain saya yaitu di pantai Kejawanan yaitu pelabuhan paling Timur di kotaku tercinta ini yang menjadi saksi hilangnya rimbunan pohon-pohon bakau yang berakar saling merajut satu sama lain. Sewaktu SD saya masih bermain mencari ikan yang berbentuk aneh-aneh di kumpulan pohon mangrove. Masa SMP menjelang sebagian panjang pantai tersebut di bagian belakangnya diberi beton penahan abrasi yang menyebabkan ruang tumbuh mangrove berkurang dan akhirnya menghilang. Bahkan saat SMA tiba ada pembukaan sebagian panjang sabuk hijau untuk pembuatan restoran. Miris.

Sekaranglah saatnya bagi pembangunan berwawasan lingkungan sehingga ekologi seimbang dapat tercapai. Dengan ekologi yang seimbang akan mensejahterakan warga yang kurang mampu atas modal dan upaya. Mari kembalikan kelestarian lingkungan di Kota Cirebon ini.